Selama ini penyebaran virus HIV kebanyakan berasal dari hubungan intim, dikutip dari Carlos R Estrada dan rekan-rekannya dari Pusat Kesehatan St Lukes Rush Presbyterian di Chicago, Illinois. Sekitar 80 % infeksi HIV timbul dari hubungan intim selain jarum suntik dan transmisi ibu ke bayinya.
Infeksi virus HIV dikatakan bisa muncul selama berhubungan seks dan penularan virus HIV pada pria biasanya melalui penis.. Sejauh ini berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana sunat pada pria dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Sekretariat Badan Dunia untuk Penanggulangan AIDS (UNAIDS) mempertemukan para ahli internasional dalam sebuah konsultasi untuk menentukan apakah sunat pada pria sebaiknya dianjurkan bagi upaya pencegahan infeksi HIV.
Setelah dilakukan riset, hasilnya sunat pada pria mampu mengurangi risiko infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual pada pria 60 persen. Lalu, apa hubungannya sunat dengan pengurangan risiko penularan HIV/AIDS?
Kepala penis merupakan faktor penting dalam penularan virus HIV/AIDS. Kulit luar ujung atau kepala penis memegang peranan penting dalam jalan masuknya virus HIV.
Pada kulit paling luar dari ujung atau kepala penis terdapat sel-sel yang sangat peka terhadap virus HIV. Bagian yang dipotong dalam proses sunat ini dilapisi kulit yang amat tipis. Bagian ini mudah luka saat berhubungan seksual daripada kulit di belakangnya.
Maka dari itu, virus dapat menyebar dari luka sekecil apa pun. Penis yang tidak disunat lebih mudah menyebarkan virus HIV terhadap pasangannya karena bagian kulit di ujung penis atau kulup yang lembap dan basah itu menjadi tempat yang cocok bagi virus HIV untuk hidup.
Kulup yang basah juga berpotensi membantu penularan berbagai penyakit seksual lain. Dengan disunat, otomatis kulit penis akan terbuka sehingga berisiko rendah terhadap infeksi virus HIV.
Sunat juga dapat membuat kepala penis lebih terbuka dengan dunia luar sehingga kepala penis lebih tebal dan mengurangi luka pada saat hubungan intim.
Menurut data penelitian dari Halperin dan Bailey, negara-negara Asia dan Afrika dengan prevalensi populasi laki-laki disunat kurang dari 20 persen mempunyai prevalensi HIV beberapa kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara dengan populasi laki-laki disunat yang lebih dari 80 persen.
Hasil serupa, juga ditemui dalam penelitian di Afrika Selatan, Kenya, dan Uganda. Ternyata risiko penularan HIV lebih rendah pada laki-laki disunat dibandingkan dengan yang tidak sunat.
Afrika Selatan 76 persen lebih rendah, Kenya 60 persen lebih rendah, sedangkan Uganda 55 persen lebih rendah. "
Namun, jangan salah, sunat tidak otomatis membuat laki-laki kebal terhadap HIV/AIDS. Sunat hanya mengurangi risiko penularan HIV/AIDS saja. Jadi lebih baik mencegah HIV/AIDS dengan setia pada pasangan masing-masing.
No comments:
Post a Comment