Tujuan utama penatalaksanaan DVT
adalah mengurangi keluhan, menghentikan perluasan trombus, mencegah
terbentuknya trombosis ulangan.
Segera setelah diagnosis DVT ditegakkan maka pengobatan antikoagulan harus segera
diberikan dengan mempertimbangkan apakah
terdapat kontraindikasi seperti perdarahan yang aktif, trombositopenia
(platelet < 20.000/mm3) dan pasca operasi mayor.
Pilihan rejimen penggunaan awal pada
orang dewasa antara lain :
(1)
Unfractionated Heparin (UFH)
intravena dengan dosis bolus awal 80 IU /kg
diikuti oleh infus intravena kontinyu, dosis awal adalah 18 IU/kg/jam
dengan dosis maksimal 40.000 IU/hari. Dengan penyesuaian dosis untuk target activated parsial thromboplastin time
(aPTT) memanjang sesuai dengan tingkat plasma heparin 0,3-0,7 IU/mL aktivitas
anti-faktor Xa selama 5 sampai 7 hari atau dengan kata lain aPTT diperpanjang
1,5-2 kali dari kontrol. aPTT harus diperiksa 4-6 jam setelah injeksi bolus
awal dan 3 jam setelah penyesuaian dosis atau satu kali sehari jika target
dosis terapi telah tercapai. Jika target APTT sudah
tercapai maka penggunaan Unfractionated
Heparin dapat dihentikan setelah 5 hari setelah penggunaannya bersama
warfarin. Untuk pengobatan trombosis masif penggunaan heparin dapat diperpanjang
sampai 7- 14 hari.
(2) Low Molecular Weight Heparins (LMWH) dengan injeksi subkutan, tanpa
perlu pemeriksaan rutin anti-faktor Xa (rejimen seperti enoxaparin dua kali
sehari dengan dosis 1 mg / kg atau sekali sehari dengan 1,5 mg / kg, dalteparin
sekali sehari dengan dosis 200 IU / kg atau dua kali sehari pada 100 IU / kg,
atau tinzaparin sekali sehari pada 175 anti-Xa IU / kg). Pada
pasien yang sudah terdignosa DVT maka LMWH merupakan antikoagulan pilihan utama
sebagai terapi awal DVT. Karena mempunyai farmakokinetik yang bisa diprediksi
maka LMWH dapat diberikan secara subkutan tanpa perlu monitoring laboratorium.
Pada kasus tertentu seperti adanya penyakit ginjal (kliren
kreatinin < 30 ml/menit), obesitas dan
kehamilan dianjurkan pemeriksaan level anti-Xa empat jam setelah pemberian LMWH atau diganti dengan UFH.
(3) Fondaparinux dengan injeksi subkutan
sekali sehari dengan dosis 5 mg untuk
pasien dengan berat 50 kg, 7,5 mg untuk pasien beratnya 50 sampai 100 kg, atau
10 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 100 kg. Pada anak-anak,
pemberian dosis berdasarkan berat badan dari rejimen dan bervariasi sesuai dengan
usia pasien. Untuk pasien yang dicurigai mengalami heparin-induced thrombocytopenia, maka direkomendasikan untuk
terapi antikoagulan awal direct thrombin inhibitors intravena (seperti
argatroban, lepirudin).
LMWH atau UFH
harus diberikan selama minimal 5-7 hari atau lebih lama pada pasien yang
memiliki penyakit berat (misalnya, DVT iliofemoral atau emboli paru masif).
Terapi antikoagulan oral dapat dimulai pada hari pertama pengobatan dan LMWH /
UFH tidak boleh dihentikan sampai INR telah tercapai sedikitnya 2.0 selama 2
hari berturut-turut. Pemeriksaan platelet dapat dilakukan pada 5 sampai 7 hari
untuk memeriksa heparin-induced
trombositopenia jika pasien tersebut menerima UFH.
Terapi
Antikoagulan Jangka Panjang
Untuk terapi
anti koagulan jangka panjang pasien DVT biasanya diberikan warfarin secara oral
dimulai saat terapi antikoagulan awal diberikan. Pemberian warfarin dimulai
dengan dosis 5 -7,5 mg. Ada juga yang memulai dosis 10 mg untuk usia < 60
tahun atau pasien rawat jalan dan 5 mg untuk pasien > 60 tahun atau dirawat
inap. Target dosis warfarin yang diberikan adalah International Normalized Ratio (INR) mencapai ≥ 2,0 selama
sedikitnya 24 jam kemudian dipertahankan antara 2,0-3,0. Terapi direct thrombin inhibitor secara oral
seperti dabigatran mempunyai keamanan dan efektivitas yang sama dengan warfarin
untuk tromboemboli vena akut dan tidak membutuhkan monitoring laboratorium.
Lamanya
pemberian antikoagulan terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Secara umum antikoagulan aman
dihentikan setelah 3 bulan pada pasien dengan episode pertama DVT yang
berhubungan dengan faktor risiko mayor yang reversibel (seperti pembedahan atau
trauma).
2. Pasien dengan DVT berulang atau
DVT yang penyebabnya tidak diketahui harus menjalani terapi dengan durasi tanpa
batas dan secara periodik dinilai risiko dan keuntungan dari terapi tersebut.
3. Pada pasien kanker dengan DVT,
terapi awal harus dipertimbangkan LMWH sebagai monoterapi selama paling sedikit
3 – 6 bulan atau selama kanker tersebut diterapi (seperti pemberian kemotrapi).
Tetapi jika ada halangan untuk pemberian LMWH, pemberian warfarin dengan target
INR 2,0-3,0 merupakan alternatif pilihan. Penggunaan direct thrombin inhibitors untuk terapi awal dan terapi jangka
panjang telah menunjukkan hal yang menjanjikan.
Obat
Antikoagulan Lainnya
Dabigatran merupakan direct thrombin inhibitor yang selektif
dan dapat diberikan secara per oral. Saat ini Dabigatran dapat digunakan
sebagai pencegahan terjadinya venous
tromboemboli (VTE) setelah pembedahan arthroplasty lutut dan pinggul,
terapi VTE, mencegah stroke dan emboli sistemik pada pasien Atrial fibrilasi
nonvalvular. Dosis yang dapat diberikan 150-220 mg sekali sehari untuk mencegah
terjadinya VTE dan 150 mg dua kali sehari sebagai terapi VTE. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Schulman dkk Dabigatran mempunyai effektifitas dan tingkat
keamanan yang setara dengan warfarin serta penggunaan Dabigatran tidak memerlukan
monitoring laboratorium.
Rivaroxaban merupakan direct
faktor Xa inhibitor yang sudah disetujui penggunaannya di beberapa negara
sebagai pencegahan VTE pada pasien yang menjalani pembedahan pinggul dan lutut.
Obat ini masih dikembangkan lagi sebagai terapi VTE dan pencegahan acute ischemic attack pada pasien atrial
fibrilasi. Pada penelitian klinis fase 3 Rivaroxaban terbukti lebih efektif
dibandingkan enoxoparin dalam mencegah DVT pada pasien pembedaan pinggul dan
lutut dan lebih efektif dibandingkan plasebo untuk terapi DVT dan emboli paru
setelah pemberian 6-12 bulan. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg sekali sehari
pada pembedahan orthopedic major dan
20 mg sekali sehari sebagai pencegahan sekunder VTE.
Terapi Pembedahan Trombektomi
Pembedahan
trombektomi merupakan prosedur terapi yang penting
dalam pencegahan terjadinya sequele yang berat akibat komplikasi trombosis pada
pasien sehat dan mencegah nekrosis vena pada pasien dengan phlegmasia cerulea dolens. Pembedahan
trombektomi juga diindikasikan pada lesi yang tidak
dapat dilakukan pemasangan kateter, lesi dimana sukar dihancurkan, terdapat
kontraindikasi trombolitik atau antikoagulan serta gagal trombolitik.
Dengan anestesi umum, trombus pada vena
iliaka dikeluarkan menggunakan kateter embolectomy fogarty, trombus pada daerah
perifer dikeluarkan dengan teknik antegrade (teknik Milky / Esmarch bandage). Kemudian dilakukan dilatasi balon atau
stenting untuk kompresi vena iliaka. Setelah pembedahan, heparin dapat
diberikan selama 5 hari dan pemberian warfarin harus dimulai 1 hari setelah operasi dan
dilanjutkan sampai 6 bulan setelah pembedahan. Pembedahan paling baik dilakukan
kurang dari 7 hari setelah onset DVT untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hasil dari bedah
trombectomy kemudian dapat dievaluasi dengan menggunakan venografi.
No comments:
Post a Comment