27 June 2009

Intervensi Koroner Perkutan (Percutaneus Coronary Intervention /PCI)

Percutaneous Coronary Intervention (PCI)

Percutaneous coronary intervention (PCI), pada umumnya dikenal sebagai angioplasty koroner atau lebih sederhana disebut sebagai angioplasti, merupakan suatu prosedur untuk menangani stenosis atau penyempitan dari arteri koroner. Penyempitan tersebut terjadi karena plak atheroskelosis. PCI biasanya dilakukan oleh ahli jantung.

Indikasi

Prosedur ini digunakan untuk mengurang gejala penyakit arteri koroner seperti nyeri dada sesak serta gagal jantung. PCI dapat mencegah terjadinya infark miokard serta mengurang angka kematian.

Angioplasi merupakan prosedur yang tidak seinvasif CABG dan tidak lebih inferior daripada CABG. Akan tetapi CABG masih lebih superior pada kasus yang mana terjadi dua atau lebih penyakit arteri, miokard infark, pengulangan revaskularisasi.

Prosedur

Balon dikembangkan pada arteri yang tertutup plak sehingga plak dapat ditekan oleh balon ke didinding arteri sampai plak menjadi hancur.

Prosedur lain yang dilakukan dengan PCI :

1. Implantasi stent

2. Rotational atau laser aterektomi

3. Brachytherapi

Teknik

    Akses dimulai dari arteri femoralis pada kaki (atau yang lebih jarang menggunakan arteri radialis atau arteri brachialis pada lengan) dengan menggunakan suatu alat yang disebut jarum pembuka. Prosedur ini dinamakan akses perkutan..

    Sekali jarum sudah masuk, "sheath introducer" diletakkan pada jalan pembuka untuk mempertahankan arteri tetap terbuka dan menontrol perdarahan.

    Melalui sheath introducer ini, "guiding catheter" dimasukkan. Ujung “guiding catheter” ditempatkan pada ujung arteri koroner. Dengan "guiding catheter", penanda radiopak diinjeksikan ke arteri koroner, hingga kondisi dan lokasi kelainan dapat diketahui.

    Selama visualisasi X ray, ahli jantung memperkirakan ukuran arteri koroner dan memilih ukuran balon kateter serta guide wire koroner yang sesuai.

    “Guiding wire koroner” adalah sebuah selang yang sangat tipis dengan ujung radio opak yang fleksibel yang kemudian dimasukkan melalui “guiding cathether” mencapai arteri koroner. Dengan visualisasi langsung, ahli jantung memandu kabel mencapai tempat terjadinya blokade . Ujung kabel kemudian dilewatkan menembus blokade.

    Setelah kabel berhasil melewati stenosis, balon kateter dilekatkan dibelakang kabel. Angioplasti kateter kemudian didorong kedepan sampai balon berada di dalam blockade.

    Kemudian baru balon balon dikembangkan dan balon akan mengkompresi atheromatous plak dan menekan arteri sehingga mengembang.

    Jika stent ada pada balon, maka stent diimplantkan (ditinggalkan pada tubuh) untuk mendukung arteri dari dalam agar tetap mengembang.

Resiko

1. Pasien biasanya dapat pulih kesadarannya selama prosedur dilakukan, dan timbul nyeri dada. Jika hal ini terjadi menandakan bahwa prosedur telah menyebabkan iskemia dan ahli jantung sebaiknya menunda prosedur.

2. Perdarahan padda tempat insersi pada selangkangan seringkali muncul dan hal ini juga bisa disebabkan oleh pemakaian obat anti platelet. Bahkan pada beberapa kasus hal ini dapat menyebabkan terjadinya hematom.

3. Reaksi alergi terhadap kontras juga mungkin terjadi.

4. Penurunan fungsi ginjal juga dapat terjadi pada pasien yang memang mempunyai riwayat penyakit ginjal.

5. Resiko paling parah yang mungkin tertjadi adalah kematian, stroke , infark miokard, dan diseksi aorta.

Resiko kematian meningkat pada pasien yang memang memiliki resiko tinggi , seperti pada :

1. Pasien usia diatas 75 tahun

2. Pasien dengan riwayat penyakit ginjal dan diabetes

3. Wanita

4. Pasien dengan penurunan fungsi pompa jantung

5. Pasien dengan penyakit jantung parah dan blockade.

image

Gambar1. Ilustrasi teknik PCI (sumber gambar : George W. Vetrovec, Improving Reperfusion in Patients with Myocardial Infarction, n engl j med 358;6 www.nejm.634 org february 7, 2008)

No comments:

Post a Comment