Pada hiperkolesterolemia bagian 1 telah dibahas mengenai definisi hiperkolesterolemia, angka-angka kejadian hiperkolesterolemia (aspek epidemiologi), klasifikasi hiperkoletserolemia, penyebab hiperkolesterolemia dan patogenesis terjadinya aterosklerosis akibat hiperkolesterolemia. Selanjutnya pada bagian 2 ini akan dibahas cara mendiagnosis dan terapi hiperkolesterolemia.
Diagnosis Hiperkolestrolemia
Anamnesa meliputi karakteristik umum, kebiasaan diet, perilaku aktifitas fisik, merokok, peminum alcohol dan riwayat penyakit sebelumnya serta riwayat sakit pada keluarga. Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan adalah antropometri, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, auskultasi irama jantung, serta EKG. Pemeriksaan laboratorium darah yaitu kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Trigliserida dan kolesterol HDL dalam plasma.
Tabel 1.Klasifikasi kadar lipid plasma (mg/dl)
Kolesterol total |
|
< 200 | Yang diinginkan |
200-239 | Batas tinggi |
≥ 240 | Tinggi |
LDL |
|
< 100 | Optimal |
100 – 129 | Mendekati optimal |
130 – 159 | Batas tinggi |
160 – 189 | Tinggi |
≥ 190 | Sangat tinggi |
HDL |
|
< 40 | Rendah |
≥ 60 | Tinggi |
Trigliserida |
|
< 150 | Normal |
150 – 199 | Batas tinggi |
200-499 | Tinggi |
≥500 | Sangat tinggi |
Terapi Hiperkolesterolemia
Menurut National Choleteroslemia Education Programme Adult Therapy Programme (NCEP ATP III) sasaran LDL disesuaikan dengan faktor risiko yang dimiliki seseorang yaitu (5):
1. Risiko tinggi
a. Riwayat penyakit jantung koroner (PJK)
b. Risiko yang disamakan dengan PJK
- Diabetes Melitus, stroke, penyakit obstruksi arteri tepi, aneurisma aorta abdominalis
- Faktor risiko multiple (> 2 faktor risiko dan mempunyai faktor risiko PJK dalam waktu 10 tahun menurun skor Framingham)
2. Risiko Multipel
≥ 2 faktor risiko dengan risiko PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 20% (skor Framingham)
3. Risiko rendah (0;1 faktor risiko)
Dengan risiko PJK dalam kurun 10 tahun < 10 %
Terapi non farmakologis (perubahan gaya hidup) antara lain terapi nutrisi medis, aktivitas fisik, menghindari rokok, menurunkan berat badan, pembatasan asupan alkohol. Faktor risiko utama (selain kolesterol LDL) yang menetukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai :
- Kebiasaan merokok
- Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat hipertensi
- Kolesterol HDL rendah (<40 mg/dL)
- Riwayat PJK dini yaitu ayah < 55 tahun dan ibu < 65 tahun
- Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun
Tabel 2. Tiga kelompok risiko untuk menentukan sasaran kolesterol LDL
Kelompok risiko | Sasaran kolesterol LDL (mg/dL) |
Risiko tinggi | < 100 |
Faktor risiko multiple (≥ 2 faktor risiko) | < 130 |
Risiko rendah (0-1 faktor risiko) | < 160 |
Terapi non farmakologi
Terapi nutrisi medis
Diet tinggi lemak merupakan salah satu penyebab hiperkolesterolemia. Makan makanan yang banyak mengandung trans fat dan saturated fat seperti margarine/mentega, es krim, minyak kelapa dan lemak hewan dapat meningkatkan kadar LDL dan menurunkan koleterol HDL. Maka harus dikurangi sebanyak 7% perhari. Saturated fat dapat digantikan dengan unsaturated fat yang relatif kurang meningkatkan kadar LDL. Unsaturated dibagi dua antara lain Multi Unsaturated Fatty Acid (MUFA) contohnya minyak zaitun, alpokat dan Poli Unsaturated Fatty Acid (PUFA) contoh ikan. Dengan perubahan pola makan, mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah sebesar 10-15% . Makan ikan yang banyak mengandung omega 3 dapat menurunkan kadar LDL. Begitu juga dengan mengkonsumsi protein kedelai. Diet tinggi serat yang larut dalam air seperti oat dan buah/sayuran 20-30 gram sehari dapat menurunkan 5-15% kadar kolesterol total dan LDL.
Tabel 3. Komposisi makanan untuk hiperkolesterolemia menurut Perkeni 2004
Makanan | Asupan yang dianjurkan |
Total lemak | 20-25% dari kalori total |
Lemak jenuh | < 7 % dari kalori total |
Lemak PUFA | Sampai 10% dari kalori total |
Lemak MUFA | Sampai 10 % dari kalori tota |
Karbohidrat | 60% dari kalori total (terutama karbohidrat kompleks) |
Serat | 30 gr perhari |
Protein | Sekitar 15% dari kalori total |
Kolesterol | < 200 mg/hari |
Untuk di Rumah Sakit Dr.Soetomo menggunakan Diet B (Tjokroprawiro) dengan komposisi karbohidrat 68%, lemak : kolesterol < 300 mg/hari, lemak jenuh dan trans 5%, PUFA 5%, MUFA 10%, protein 12%, serat 25-35 gr perhari.
Aktivitas fisik
Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan berat badan. Olahraga disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan penderita. Penurunan 10 % berat badan berarti menurunkan 30% lingkar perut yang mana terdapat lemak sentral di sana. AHA merekomendasikan olahraga selama 30 menit dengan aktivitas sedang 3-4 kali dalam seminggu
Menghindari rokok
Merokok berhubungan dengan proses metabolis yang berefek pada lipoprotein termasuk didalamnya meningkatkan asam lemak bebas, glukosa dan VLDL serta menurunkan HDL. Berhenti merokok berhubungan dengan peningkatan rata-rata HDL 6-8 mg/dl.
Hipertensi
Kriteria hipertensi berdasarkan JNC-VII, yaitu TD sistolik ≥ 140 mmHg dan TD diastolik ≥ 90mmHg (As). Cara menangani hipertensi dengan perubahan pola hidup, meningkatkan aktivitas fisik, diet rendah garam, kurangi alcohol dan tingkatkan diet sayuran dan buah serta rendah lemak. Juga minum obat antihipertensi seperti ACE Inhibitor dan thiazid.
Terapi farmakologis
Berikut ini obat- obatan yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah, terdapat beberapa golongan obat, antara lain statin, resin, niasin, ezetimibe dan asam lemak omega-3.
Tabel 4. Obat-obatan hipolipidemik
Obat | Kolesterol LDL | Koleterol HDL | Trigliserida |
Statin | |||
Resin | |||
Fibrat | |||
niasin | |||
Ezetimibe | |||
Asam lemak Omega-3 |
Tabel 5. Efek Obat hipolipidemik terhadap kadar lipid serum
Dislipidemia | Obat pilihan |
hiperkolesterolemia | Statin/resin/kombinasi |
Dislipidemia campuran | Statin/resin/kombinasi |
Hipertrigliseridemia | fibrat |
Isolated low HDL | fibrat |
DAFTAR PUSTAKA
Bahri A. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004
Kasim R., Antono D, Alwi I, Saharman L, Makmun LH, Pangabean MM, dkk. Prosiding Simposium Holistic kardiovaskuler VII. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Juli 2008, hal56, 117
Leiv O. A Comparative clinical trial on Intensive Lipid lowering with simvastatin 80mg and 40mg. 2nd edition on therapeutic journal in cardiovascular medicine. Journal Article at www.springerlink.com
WerdhaSari A. Abstrak Penelitian Kesehatan Seri 25. Research Report from JKPKBPPK / 2008-02-20 15:23:49. Puslitbang Bio Medis dan Farmasi 2008. Available at http://digilib.litbang.depkes.go.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-2008-asriwerdha-2487&newlang=indonesian
Taylor RB, David AK, Fields SA, Phillips M, Scherger JE, Anisman DE, et al. Cardiovascular Handbook, Springer Science+Business Media, Inc, 2005 page 151, 152 157, 163,164
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology, eleventh edition, Elsevier Inc. Philadelphia, Pennsylvania, 2006 page 850.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3224&Itemid=2
Fuster V, Rourke RA, Walsh RA, Poole-Wilson P, King III SB, Robert R, et al. Hurst’s The Heart,E-book, ed 12,the McGraw-Hill Companies, 2008 chapter 51, 52,81, 95, 114
Braunwald E, Zipes DP, Libby P. Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th edition. WB Saunders Company, 2007
Soekidjo Notoatmodjo; Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
No comments:
Post a Comment