Target LDL-C Semakin Ketat: Semakin Rendah, Semakin Baik
Pedoman terbaru (ESC/EAS 2019, PERKI, LAI 2023) semakin agresif dalam menetapkan target LDL-C, terutama untuk pasien risiko sangat tinggi (seperti yang sudah mengalami ASCVD, penyakit ginjal kronis, atau diabetes dengan komplikasi).
Target utama: <55 mg/dL disertai penurunan ≥50% dari kadar baseline.
Untuk risiko ekstrem (misalnya, pasien yang mengalami kejadian kardiovaskular berulang dalam 2 tahun), target bisa lebih rendah lagi, yaitu <40 mg/dL.
Hubungan antara kadar LDL-C yang dicapai dan risiko kejadian kardiovaskular adalah linear dan kuat. Artinya, menurunkan LDL-C lebih rendah dari target yang disarankan sekalipun tetap memberikan manfaat tambahan dalam mencegah kejadian berulang.
Tantangan Utama: Kesenjangan Besar antara Pedoman dan Realita
Data dari studi SANTORINI di Eropa (2020-2021) mengungkap masalah yang juga sangat relevan:
Underestimasi Risiko: Dokter seringkali meremehkan risiko pasien. Studi menunjukkan 91% pasien sebenarnya masuk kategori risiko sangat tinggi, tetapi hanya 70.8% yang dinilai demikian oleh dokter.
Terapi yang Tidak Adekuat: Mayoritas pasien masih hanya menerima terapi statin tunggal (monoterapi). Akibatnya, hanya sebagian kecil pasien risiko tinggi dan sangat tinggi yang berhasil mencapai target LDL-C.
Hambatan Regulasi dan Biaya: Penggunaan obat penurun LDL-C non-statin yang poten seperti Penghambat PCSK9 (PCSK9i) masih dibatasi oleh faktor reimbursement dan pedoman lokal.
Solusi: Beralih ke Konsep "Terapi Penurun Lipid Intensif"
Mengingat keterbatasan peningkatan dosis statin (hanya memberi penurunan LDL-C tambahan ~6%), paradigma pengobatan perlu diubah:
Dari "statin intensif" menuju "Terapi Penurun Lipid (LLT) Intensif".
Terapi Kombinasi adalah kunci. Algoritma pengobatan ESC/EAS 2019 menganjurkan: mulailah dengan statin dosis tinggi, lalu tambahkan Ezetimibe jika target belum tercapai, dan jika masih belum memadai, pertimbangkan untuk menambahkan Penghambat PCSK9 (seperti alirocumab, evolocumab, atau inclisiran).
Inclisiran, sebagai terapi siRNA pertama yang menurunkan LDL-C dengan mekanisme aksi yang inovatif, menawarkan pilihan baru dengan frekuensi pemberian yang jarang, berpotensi meningkatkan kepatuhan pasien.
Kesimpulan
Pengendalian lipid pada pasien ASCVD menghadapi tantangan multidimensi. Dibutuhkan pendekatan yang lebih agresif dan proaktif:
Penilaian risiko yang akurat untuk mengidentifikasi pasien risiko sangat tinggi.
Inisiasi terapi kombinasi lebih dini, tidak hanya mengandalkan statin tunggal.
Mengatasi hambatan akses terhadap terapi terkini agar lebih terjangkau.
Edukasi berkelanjutan bagi dokter dan pasien tentang pentingnya mencapai dan mempertahankan target LDL-C yang ketat.
No comments:
Post a Comment