Sewaktu bertugas sebagai dokter PTT dulu, saya pernah mendapatkan pengalaman yang menarik. Waktu itu ada kejadian ledakan pada tangki penyimpan minyak yang mengakibatkan empat orang mengalami luka bakar. Luka bakar yang mereka alami cukup luas sekitar 20-30% dari luas permukaan tubuh dengan derajat 2. Tidak seperti pusat-pusat kesehatan yang memiliki ruang perawatan khusus luka bakar, karena kurangnya fasilitas di rumah sakit Tulehu, Ambon, tempat saya bekerja, pasien-pasien tersebut dirawat semampunya dengan dipasang infus Ringer Laktat, injeksi antibiotik saat itu tersedia ampicilin 3 x 1 gram dan anti nyeri. Untuk perawatan lukanya diberikan salep kulit oxytetrasiklin dan kasa yang dibasahi NaCl 0,9%.
Setelah dirawat beberapa jam pasien meminta menggunakan alas daun pisang untuk mengurangi panas dan sakit yang dirasakan. Aneh memang, karena selama pendidikan dokter kita tidak mengenal hal-hal yang demikian. Tapi menurut penduduk setempat, jika mengalami luka bakar biasanya dibalut dengan daun pisang. Kita izinkan asal kulit pisang tersebut tidak langsung menyentuh kulit yang sakit. Dan agaknya setelah menggunakan daun pisang tersebut, mereka merasa nyaman. Jadi kayak kue lemper deh!
Setelah beberapa hari dirawat, luka yang diderita mulai mengering. Lalu pasien-pasien tersebut meminta menggunakan madu untuk merawat lukanya. Karena saya pikir lukanya mulai mengering dan madu sudah digunakan sebagai obat sejak jaman dahulu, tidak ada salahnya untuk dicoba dengan catatan obat yang lain dilanjutkan.
Tujuh hari pun berlalu sejak pasien-pasien luka bakar tersebut datang. Alhasil, ternyata luka bakar yang diderita membaik dan mulai mengalami penyembuhan. Alhamdulillah ternyata daun pisang dan madu berkhasiat untuk menyembuhkan luka bakar ringan. Pasien pun saya pulangkan
No comments:
Post a Comment