25 September 2025

Mengatasi Hambatan, Meningkatkan Standar: Strategi Optimalisasi Pengelolaan Lipid pada Pasien Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (ASCVD)

 Mengapa LDL-C Sangat Penting?

Kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) telah lama diakui sebagai salah satu faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi untuk mencegah kejadian kardiovaskular berulang. Bukti selama 30 tahun terakhir menunjukkan hubungan yang kuat dan linear antara paparan kumulatif LDL-C sepanjang hidup seseorang dan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah lainnya. Semakin lama dan semakin tinggi kadar LDL-C, semakin besar "beban plak" yang menumpuk di pembuluh darah.

Target Pengobatan yang Semakin Ketat
Pedoman internasional terbaru dari PERKI, ESC/EAS, dan AHA/ACC sepakat untuk menetapkan target LDL-C yang lebih agresif, terutama bagi pasien risiko sangat tinggi (seperti yang sudah mengalami ASCVD, diabetes dengan komplikasi, atau penyakit ginjal berat). Target yang dianjurkan adalah:

  • Penurunan LDL-C ≥50% dari kadar awal

  • Mencapai kadar LDL-C <55 mg/dL (1.4 mmol/L)
    Bahkan, untuk pasien dengan risiko ekstrem, target bisa lebih rendah lagi, yaitu <40 mg/dL (1.0 mmol/L).

Tantangan dalam Pencapaian Target: Realita di Lapangan
Meskipun manfaat penurunan LDL-C sudah jelas, tantangan terbesar justru terletak pada implementasinya. Data dari studi DA VINCI dan PALM Registry mengungkap beberapa masalah kunci:

  1. Tingkat Pencapaian Target yang Rendah: Hanya sekitar 33% pasien di Eropa yang berhasil mencapai target LDL-C menurut pedoman.

  2. Ketidaksetiaan Pasien terhadap Terapi Statin: Sekitar 30-75% pasien menghentikan terapi statin dalam 1-2 tahun, dengan efek samping (terutama nyeri otot) sebagai alasan utama. Fenomena "efek nocebo" (efek samping yang dipengaruhi oleh ekspektasi negatif pasien) juga turut berkontribusi.

  3. Kendala dari Tenaga Kesehatan: Kurangnya pemahaman mendalam tentang pedoman terbaru dan kekhawatiran akan efek samping obat intensitas tinggi menjadi hambatan dari sisi pemberi layanan kesehatan.

  4. Faktor Biaya: Biaya pengobatan non-statin (seperti PCSK9 inhibitor) yang relatif tinggi dapat membatasi akses.

Situasi di Indonesia: Sebuah Panggilan untuk Tindakan
Data terkini menunjukkan situasi yang memprihatinkan di Indonesia: 96% pasien dengan penyakit jantung koroner (CHD) tidak mendapatkan tata laksana pencegahan sekunder yang sesuai dengan panduan dalam tahun pertama setelah rawat inap. Artinya, mayoritas pasien berisiko tinggi ini tidak mencapai target LDL-C yang ditetapkan (<55 mg/dL), meski sebagian besar sudah mengonsumsi obat penurun lipid.

Solusi dan Strategi Ke Depan
Untuk mengoptimalkan pengelolaan lipid pada pasien risiko sangat tinggi, diperlukan pendekatan kombinasi:

  • Terapi Kombinasi: Menggandakan dosis statin hanya memberikan penurunan LDL-C tambahan sekitar 6%. Oleh karena itu, kombinasi statin dosis tinggi dengan obat lain seperti EzetimibePCSK9 inhibitor (evolocumab, alirocumab, inclisiran), atau Bempedoic acid menjadi kunci untuk mencapai target yang ketat.

  • Pendekatan Tim dan Edukasi: Edukasi berkelanjutan bagi tenaga kesehatan dan pasien mengenai pentingnya kepatuhan berobat dan keamanan terapi jangka panjang sangat penting untuk mengatasi hambatan psikologis dan persepsi negatif tentang statin.

  • Individualisasi Terapi: Memilih regimen pengobatan yang tepat berdasarkan toleransi dan respons pasien.

Kesimpulan
Penurunan LDL-C yang intensif dan berkelanjutan adalah pilar fundamental dalam pencegahan sekunder ASCVD. Dengan memahami hambatan yang ada—mulai dari ketidakpatuhan pasien, keterbatasan pengetahuan, hingga tantangan biaya—serta menerapkan strategi terapi kombinasi yang agresif sesuai panduan.

No comments:

Post a Comment