26 September 2025

Manajemen Sedasi Ringan: Aspek Farmakologis, Keselamatan, dan Tata Laksana Kegawatdaruratan

Latar Belakang dan Risiko
Penggunaan sedasi ringan hingga sedang oleh non-anestesiolog telah menjadi hal yang umum, misalnya dalam endoskopi atau kateterisasi jantung. Namun, data menunjukkan insiden komplikasi pernapasan (seperti hipoksemia) dapat mencapai 1-5%, dan komplikasi kardiovaskular (seperti hipotensi) sekitar 1-3%. Ini menegaskan bahwa sedasi bukanlah intervensi yang tanpa risiko.

Sedasi prosedural dan analgesia didefinisikan sebagai intervensi medis untuk menurunkan kesadaran pasien agar dapat mentoleransi prosedur yang tidak nyaman. Sedasi bersifat kontinum, sehingga diperlukan pemahaman mendalam tentang farmakologi obat sedatif seperti midazolam, fentanil, propofol, ketamin, dan dexmedetomidine. Prinsip pemberian sedasi adalah "start low, go slow" untuk meminimalkan risiko depresi pernapasan dan hemodinamik.

Manajemen Pra, Intra, dan Pasca Prosedur

  1. Pra-Prosedur:

    • Evaluasi: Anamnesis (AMPLE, fokus pada riwayat OSA), pemeriksaan fisik jalan napas (patenkah? sulitkah?), dan klasifikasi status ASA. Pasien ASA III-IV memerlukan pertimbangan yang lebih hati-hati.

    • Persiapan: Informed consent yang menyebutkan risiko sedasi. Pastikan perlengkapan emergensi tersedia dan siap pakai: airway adjunct, ambu bag, oksigen, suction, dan obat reversal.

    • Puasa: Ikuti panduan ASA (2-4-6-8 jam).

  2. Intra-Procedural:

    • Pemantauan: Dokter yang melakukan prosedur TIDAK BOLEH menjadi satu-satunya orang yang memantau pasien. Harus ada personel tambahan yang tugasnya hanya memantau tanda vital, saturasi O2, dan tingkat kesadaran pasien.

    • Kewaspadaan: Waspadai tanda-tanda awal hipoventilasi (penurunan SpO2, peningkatan EtCO2 jika terpasang) dan hipotensi.

  3. Pasca-Prosedur:

    • Pemulihan: Pasien harus dipantau di area pemulihan hingga memenuhi kriteria discharge (stabil secara hemodinamik, sadar penuh/orientasi baik, tidak mual muntah).

    • Edukasi: Berikan instruksi tertulis mengenai diet, aktivitas, dan yang harus dilakukan jika terjadi komplikasi. Pasien harus pulang dengan pendamping.



Keterangan Praktis:

  • Prinsip Umum: "START LOW, GO SLOW". Selalu titrasi dosis berdasarkan respons individu pasien.

  • Status ASA: Pertimbangkan dengan matang penggunaan sedasi pada pasien ASA ≥ III. Pada pasien ini, hindari kombinasi multiple drug jika memungkinkan.

  • Propofol (*): Penggunaan sebagai bolus oleh non-anestesiolog sangat kontroversial dan memerlukan pelatihan, credentialing, dan kesiapan resusitasi yang setara dengan anestesiolog.

  • Pemantauan Wajib: Selalu sediakan personel khusus yang tugasnya hanya memantau pasien (tidak membantu prosedur). Pantau terus tingkat kesadaran, saturasi O₂, tekanan darah, dan EKG.


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
 dosis sedasi harus disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien. Pada lansia, dosis midazolam yang lebih rendah sudah cukup, sementara propofol menawarkan pemulihan lebih cepat namun dengan risiko hipotensi yang lebih tinggi. Di laboratorium kateterisasi jantung, kombinasi midazolam dan fentanil tetap menjadi pilihan utama karena profil keamanan kardiopulmoner yang baik.

Dengan menerapkan protokol yang ketat, pemantauan yang cermat, dan kesiapan menghadapi kegawatdaruratan, sedasi ringan dapat dilakukan dengan aman dan efektif 

No comments:

Post a Comment