24 January 2014

Menentukan Sumbu Jantung Secara Cepat

Apa sih yang dimaksud dengan sumbu atau aksis jantung? Sumbu jantung merupakan arah depolarisasi yang menyebar ke seluruh jantung untuk merangsang kontraksi miokard. Arah depolarisasi menunjukkan besar dan arah gaya listrik jantung. Besar dan arah gaya listrik jantung itu sendiri dinamakan vektor jantung. Vektor digambarkan sebagai anak panah yang menunjukkan arah listrik jantung dan panjangnya anak panah yang menunjukkan besar gaya listrik jantung.
Vektor berdasarkan gaya listrik yang terbentuk akibat depolarisasi atrium dan ventrikel dapat dibagi menjadi vektor gelombang P, vektor komplek QRS dan vektor gelombang T. Vektor jantung dapat menggambarkan bentuk ruang tiga dimensi yang terdiri dari 
Bidang Frontal (F) membagi jantung menjadi superior dan inferior
Bidang Horisontal (H) membagi jantung menjadi anterior dan posterior
Bidang Sagital (S) membagi jantung menjadi kanan/dekstra dan kiri/sinistra

Elektrokardiografi (EKG) yang rutin kita lakukan adalah 12 lead yaitu lead I,II,III,aVR,aVL.aVF dan V1-V6. Dari 12 lead ini untuk kepentingan praktis biasanya kita hanya menggunakan dua bidang saja yaitu bidang Frontal dan bidang Horisontal. Karena otot jantung sebagian besar terdapat pada ventrikel, maka yang hanya kita bahas kali ini adalah vector kompleks QRS


Menentukan sumbu jantung pada bidang Frontal
Sumbu jantung bidang frontal yang normal adalah antara +110o sampai -30o. kepustakaan lain menyebutnya antara +90o sampai – 30o

Ada beberapa cara dalam menentukannya yaitu :
1. Untuk dapat mengetahui sumbu jantung bidang frontal, kita harus mengetahui lead-lead mana saja yang menggambarkan bidang frontal. Antara lain lead I,II,III,aVR,aVL.dan aVF. Kemudian cari vector yang saling tegak lurus satu sama lain. Dalam hal ini lead I (0o) dan aVF (+90o) saling tegak lurus. Kemudian hitung selisih kotak kecil pada gelombang R dan S di lead I dan aVF. Contoh : 

Lead I tinggi R 9 mm, dalam S 2 mm, selisihnya 9 mm – 2 mm = 7 mm
Lead aVF tinggi R 8 mm, dalam S 3 mm, selisihnya 8 mm – 3 mm = 5 mm
Kemudian kita masukkan angka tersebut sesuai arah leadnya. Perpotongan kedua arah tersebut kita dapatkan titik vector sebagaimana gambar, letaknya sekitar 60o sehingga dapat dikatakan sumbu jantung normal (normal axis).
Bagaimana kalau salah satu lead I atau aVF selisihnya = 0 ? maka kita tidak menggunakan tingginya gelombang tetapi menggunakan lebar atau luasnya gelombang. Karena berbentuk segitiga kita menggunakan rumus luas segitiga yaitu
½ x panjang x tinggi. Contoh :

Lead I      R + 4 mm, lebar 1 mm, jadi luasnya ½ x 4 x 1 = + 2 mm
               S -4 mm, lebar 2 mm, jadi luasnya ½ x 4 x 2 = - 4 mm
                                                                  Selisih     = - 2 mm
Lead aVF R + 7 mm, lebar 1 mm, jadi luasnya ½ x 7 x 1 = + 7 mm (dibulatkan)
               S – 3 mm lebar 1 mm, jadi luasnya ½ x 3 x 1 = - 3 mm (dibulatkan)
                                                                   Selisih    = + 4 mm
Jadi lokasi vektornya mendekati 120o sehingga sumbu jantung deviasi ke kanan atau right axis deviation (RAD)

2. Cari lead yang selisih gelombang R dan S adalah nol, selain lead I dan aVF, maka vektornya tegak lurus dengan lead tersebut. Contohnya pada lead aVL


3. Dua cara tersebut di atas memerlukan ketelitian dalam menghitung tinggi R dan S sehingga memakan waktu yang lama. Adakah cara cepatnya? Tentu ada! Selain kriteria yang telah disebutkan di atas anda tinggal melihat tinggi pada gelombang R di lead I dan aVF serta dibandingkan dengan lead II. Jika gelombang R lebih tinggi dibandingkan S di lead I dan aVF, maka dapat dipastikan sumbu jantung dalam batas normal.
Jika gelombang R lebih tinggi dibandingkan S di lead I dan sebaliknya gelombang R lebih rendah dibandingkan S di lead aVF, maka anda harus melihat lead II. Jika lead II gelombang R lebih tinggi dibandingkan S maka sumbu jantung dalam batas normal.
Jika gelombang R lebih tinggi dibandingkan S di lead I dan sebaliknya gelombang R lebih rendah dibandingkan S di lead aVF, serta pada lead II gelombang R lebih rendah dibandingkan S maka sumbu jantung deviasi ke kiri / Left Axis Deviation (LAD).
Jika gelombang R lebih tinggi dibandingkan S di lead aVF dan sebaliknya gelombang R lebih rendah dibandingkan S di lead I, serta pada lead II gelombang R lebih tinggi dibandingkan S maka sumbu jantung deviasi ke kanan (RAD).
Jika gelombang R lebih rendah dibandingkan S di lead I, aVF dan II, maka kita harus melihat aVR dan biasanya pada aVR tampak gelombang R lebih tinggi dibandingkan S. ini dinamakan sumbu superior atau sumbu intermediate

Menentukan sumbu jantung pada bidang Horisontal
Lead pada bidang horizontal adalah V1, V2, V3, V4, V5 dan V6. Untuk menentukan sumbunya carilah yang lead selisih gelombang R dan S adalah nol. Sumbu jantung bidang horizontal akan tegak lurus dengan lead tersebut. Sumbu jantung bidang horizontal normal terletak antara V3 dan V4 (disebut juga daerah transisi normal). Di sini kita tidak menyebutkan derajatnya. Jika sumbu jantung bidang horizontal bergeser ke V5 maka kita katakan sumbu jantung searah jarum jam (dilihat dari arah tungkai), jika bergeser ke  V2 maka berlawanan dengan arah jarum jam.



Kegunaan menentukan sumbu jantung
1. Dengan menentukan sumbu jantung, kita dapat memperkirakan jantung terletak normal atau bergeser. Left Axis Deviation (LAD) merupakan salah satu criteria dari pembesaran ventrikel kiri (hipertropi atau dilatasi) begitu juga dengan Right Axis Deviation (RAD) yang merupakan criteria pembesaran ventrikel kanan. 
2. Adanya suatu hambatan konduksi (block), seperti LAD pada Left Bundle Branch Block (LBBB) dan hemiblok kiri atau RAD pada Right Bundle Branch Block (RBBB) dan hemiblok kanan.

6 comments: