Angka kejadian HIV/AIDS menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data WHO tahun 2002 terdapat lebih dari 25 juta orang di daerah Sub Sahara Afrika yang terinfeksi HIV. Meski telah dilakukan pencegahan, HIV terus menyebar ke seluruh dunia dengan perkiraan 14.000 infeksi baru setiap harinya. Di Indonesia terdapat kasus AIDS sebanyak 11.141 orang dengan kematian 2.369 orang (Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008)
Penyebab HIV/AIDS
Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yakni sejenis virus RNA dalam genus Lentivirus dari famili Retroviridae. Dikenal ada dua serotype HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan penyebab tersering AIDS. Dasar utama penyakit infeksi HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih (Limfosit T helper) yang mengandung marker CD4. Limfosit T mempunyai pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi kekebalan, sehingga kelainan-kelainan fungsional pada Limfosit T akan menimbulkan tanda-tanda gangguan respon kekebalan tubuh.
Setelah HIV memasuki tubuh seseorang, HIV dapat diperoleh dari limfosit terutama limfosit T, monosit, sel glia, makrofag dan cairan otak penderita AIDS (sel dendrite, astrosit, microglia).
Tanda dan Gejala HIV/AIDS
Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (±5-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa inilah yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang terinfeksi secara tidak disadari dapat menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut:
Tanda-tanda utama (mayor) meliputi penurunan berat badan lebih dari 10% dalam waktu singkat, demam berkepanjangan selama lebih dari satu bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan
Tanda-tanda tambahan (minor) meliputi batuk berkepanjangan selama lebih dari satu bulan, kelainan kulit (gatal), herpes simpleks (kulit melepuh dan terasa nyeri) yang melebar dan bertambah parah, infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, dan pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, yang teraba di bawah telinga, leher, ketiak, dan lipat paha.
Penularan HIV/AIDS
HIV dapat ditemukan pada semua cairan tubuh penderita, tetapi yang terbukti penularannya adalah melalui darah, air mani dan cairan serviks/vagina saja. Cara penularan
HIV/AIDS ini dapat melalui :
1. Hubungan seksual
2. Penerimaan darah atau produk darah melalui transfusi darah
3. Penggunaan alat suntik, alat medis dan alat tusuk lain (tato, tindik, akupuntur, dll.) yang tidak steril
4. Penerimaan organ, jaringan atau air mani
5. Penularan dari ibu hamil kepada janin yang dinkandungnya.
6. Sampai saat ini belum terbukti penularan melalui gigitan serangga, minuman, makanan atau kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renang, WC umum atau tempat kerja dengan penderita AIDS
Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Dengan mengetahui cara penularan HIV dan sampai saat ini belum ada obat yang mampu memusnahkan HIV/AIDS, maka lebih mudah melakukan langkah-langkah pencegahannya. Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan rumusan ABCDE yaitu:
A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
B= Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan seksual
C=Condom, bagi yang beresiko akan tetapi ternyata kondom juga tidak bisa mencegah penularan HIV 100 % karena pori-pori kondom yang lebih besar dari ukuran virus HIV. Belum lagi terdapat kondom yang cacat dan cara pemakaian yang salah.
D= Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian
E= Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS
Pengobatan HIV/AIDS Saat ini
Sampai saat ini obat yang digunakan untuk HIV/AIDS adalah Antiretroviral Terapi (ART). Obat ini terbukti efektif menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat HIV/AIDS. Obat ini bekerja menghambat replikasi / perbanyakan virus HIV. Walaupun demikian obat ini tidak mampu membunuh HIV secara total dan berpotensi menimbulkan efek samping yang berat dan pemakaiannya harus setiap hari seumur hidup. Jika kepatuhan penderita kurang maka dapat menyebabkan resistensi obat.
Obat Antiretroviral Terapi (ART) antara lain :
NRTI : AZT (Zidovudine), 3TC (Lamivudine), d4T (Stavudine), ddI (Didanosine), ABC (Abacavir)
NtRTI : TDF (Tenofovir)
NNRTI : NVP (Nevirapine), EFV (Efavirenz), DLV (Delavirdine)
Fusion inhibitor : T20
PI : NFV (Nelfinavir), SQV (Saquinavir), RTV (Ritonavir), IDV (Indinavir), LPV/r (Lopinavir/Ritonavir booster)
Pengobatan terbaru?
Beberapa ahli kesehatan berusaha mengembangkan vaksin HIV dengan tujuan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi HIV. Hanya saja keberhasilannya mengecewakan dan belum menunjukkan manfaat secara klinis.