27 September 2009

Olahraga VS operasi Angioplasti pada pasien jantung

Pasien jantung mempunyai banyak keuntungan saat melakukan olahragasenam dibandingkan dilakukan operasi angioplasti.Memang tindakan angioplasti dapat dengan cepat mengatasi pembuluh darah jantung yang tersumbat akan tetapi kurang mengatasi masalah jantung dalam jangka waktu yang lama
angioplasty koroner atau lebih sederhana disebut sebagai angioplasti, merupakan suatu prosedur untuk menangani stenosis atau penyempitan dari arteri koroner. Penyempitan tersebut terjadi karena plak atheroskelosis. Angioplasti biasanya dilakukan oleh ahli jantung.
Yang menjadi masalah adalah sangat sulit bagi dokter untuk meyakinkan pasien jantung berolahraga dibandingkan melakukan operasi angioplasti. Hal ini mungkin dikarenakan lamanya efek yang dirasakan saat melakukan olahraga dan membutuhkan kedisiplinan.
Dari hasil penelitian Rainer Hambrecht di klinikum links der weser jerman pada tahun 2004 menemukan bahwa dari 90 % pasien jantung yang secara teratur melakukan olahraga sepeda, terbebas dari masalah jantung dalam satu tahun setelah terkena serangan jantung dibandingkan pasien yang menjalani operasi angioplasti yang hanya 70% yang terbebas dari masalah jantung dalam satu tahun
Sepertiga serangan jantung dan stroke dapat dicegah jika pasien melakukan olahraga jalan cepat 2,5 jam setiap minggunya. Untuk itu sangat dianjurkan berolahraga pada penderita sakit jantung dengan terlebih dahulu berkonsultasi pada dokter.

26 September 2009

Mengobati Sakit Jantung dengan Minyak Ikan

minyak Minyak ikan yang mengandung asam lemak omega 3 bukan hanya dapat mencegah terjadinya penyakit jantung tetapi dapat pula mengobati penyakit jantung. Minyak yang terdapat pada ikan tertentu ini bermanfaat dalam mencegah serangan penyakit jantung dan pembuluh darah, mengobati pasca serangan jantung dan gagal jantung.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan omega 3 ?
Omega-3 merupakan asam lemak yang terbentuk dari 3 komponen utama:
* ALA (Alpha) Linolenic Acid, berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh dengan meningkatkan pembentukan membran sel didalam tubuh.
* EPA (Eicosapentaenoic Acid), berfungsi menjaga dari serangan jantung, meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), menurunkan kadar trigliserida darah serta menstabilkan tekanan darah.
* DHA (Docosahexaenoic Acid), berfungsi meningkatkan kerja saraf , kecerdasan otak dan daya ingat serta menghambat kepikunan.
omega 3 dapat menurunkan resiko penyakit jantung koroner hingga 50%, menurunkan kadar trigliserida darah, menekan kolesterol jahat (LDL) serta meningkatkan kolesterol baik (HDL), sehingga mengurangi terjadinya resiko hipertensi dan aterosklerosis/ penyempitan pembuluh darah yang menjadi pemicu timbulnya penyakit jantung koroner dan serangan stroke.
Kandungan omega-3 banyak terdapat pada bahan pangan hewani dan nabati laut seperti ikan lemuru, tuna, tongkol, sidat, terubuk, tengiri, kembung, layang, bawal, seren, slengseng, cakalang, kerang, cod, rumput laut, ganggang laut dan sebagainya. Berdasarkan data dari Lembaga Gizi Departemen Kesehatan RI, kandungan omega-3 dalam bahan pangan tersebut rata-rata mencapai 10,9 gram / 100 gram. Sedangkan bahan pangan lainnya yang kaya dengan kandungan omega-3 antara lain minyak nabati serta sayuran hijau.
Mereka yang makanannya banyak mengkonsumsi ikan seperti di orang Asia dan orang eskimo mengalami sedikit serangan jantung dan pembuluh darah. Omega 3 juga dapat membantu mengobati denyut jantung yang tidak teratur, mencegah atheroskleosis dan gagal jantung.
Demikian dikutip dari Journal of American College of Cardiology
Menurut American Heart Association (AHA), disarankan asupan asam lemak omega 3 setiap hari bagi penderita sakit jantung dengan konsultasi dokter. Karena asupan omega 3 yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan.
Bagi mayarakat umum dianjurkan mengkonsumsi omega 3 kurang tidak lebih dari 500 mg sehari dan bagi penderita jantung disarankan untuk mengkonsumsi 800 sampai dengan 1000 mg setiap hari

18 September 2009

Luka Bakar : Daun Pisang dan Madu

Sewaktu bertugas sebagai dokter PTT dulu, saya pernah mendapatkan pengalaman yang menarik. Waktu itu ada kejadian ledakan pada tangki penyimpan minyak yang mengakibatkan empat orang mengalami luka bakar. Luka bakar yang mereka alami cukup luas sekitar 20-30% dari luas permukaan tubuh dengan derajat 2. Tidak seperti pusat-pusat kesehatan yang memiliki ruang perawatan khusus luka bakar, karena kurangnya fasilitas di rumah sakit Tulehu, Ambon, tempat saya bekerja, pasien-pasien tersebut dirawat semampunya dengan dipasang infus Ringer Laktat, injeksi antibiotik saat itu tersedia ampicilin 3 x 1 gram dan anti nyeri. Untuk perawatan lukanya diberikan salep kulit oxytetrasiklin dan kasa yang dibasahi NaCl 0,9%.

Setelah dirawat beberapa jam pasien meminta menggunakan alas daun pisang untuk mengurangi panas dan sakit yang dirasakan. Aneh memang, karena selama pendidikan dokter kita tidak mengenal hal-hal yang demikian. Tapi menurut penduduk setempat, jika mengalami luka bakar biasanya dibalut dengan daun pisang. Kita izinkan asal kulit pisang tersebut tidak langsung menyentuh kulit yang sakit. Dan agaknya setelah menggunakan daun pisang tersebut, mereka merasa nyaman. Jadi kayak kue lemper deh!

Setelah beberapa hari dirawat, luka yang diderita mulai mengering. Lalu pasien-pasien tersebut meminta menggunakan madu untuk merawat lukanya. Karena saya pikir lukanya mulai mengering dan madu sudah digunakan sebagai obat sejak jaman dahulu, tidak ada salahnya untuk dicoba dengan catatan obat yang lain dilanjutkan.

daunpisangmadu

Tujuh hari pun berlalu sejak pasien-pasien luka bakar tersebut datang. Alhasil, ternyata luka bakar yang diderita membaik dan mulai mengalami penyembuhan. Alhamdulillah ternyata daun pisang dan madu berkhasiat untuk menyembuhkan luka bakar ringan. Pasien pun saya pulangkan

14 September 2009

Klasifikasi Hipertensi

Untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. berbagai macam klasifikasi hipertensi yang digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat, Klasifikasi menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina, Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH) yang digunakan negara-negara di Eropa, Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk warga keturunan Afrika yang tinggal di Amerika. Badan kesehatan dunia, WHO juga membuat klasifikasi hipertensi.
Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang.
Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
140-159
90-99
Sub grup : perbatasan
140-149
90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat)
≥ 180
≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140
< 90
Sub grup : perbatasan
140-149
< 90
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole (mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Pre hipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi tahap 1
140-159
Atau
90-99
Hipertensi tahap 2
≥ 160
Atau
≥ 100
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140
Dan
< 90
Mengingat pengukuran tekanan darah mudah dilakukan dan karakteristik penduduk Indonesia berbeda dengan penduduk lainnya maka sudah seharusnya Indonesia memiliki klasifikasi hipertensi sendiri.

UPDATE! saat ini sudah ada klasifikasi hipertensi terbaru dari Joint National Committee 8 bisa dilihat disini